Kemampuan regenerasi yang sangat jelas dapat dijumpai pada spons,
coelenterata, cacing bahkan banyak diantaranya yang mampu membentuk
organisme baru yang berasal dari fragmen-fragmen tubuhnya saja.
Vertebrata, kemampuan meregenerasi struktur-struktur utama tubuh
terbatas pada Urodella yang dapat mengganti anggota badan atau ekor yang
hilang. Beberapa Icertulia yang dapat meregenerasi bagian ekor yang
hilang seperti kecebong (Adnan, 2007).
Regenerasi bila ditinjau lebih lanjut , ternyata terdiri dari
berbagai kegiatan, mulai dari pemulihan kerusakan yang parah akibat
hilangnya bagian tubuh utama, misalnya anggota bagian badan sampai pada
penggantian kerusakan kecil yang terjadi dalam proses biasa, yaitu
rontoknya rambut. Regenerasi dapat juga berbentuk sebagai poliferasi dan
deferensiasi lebih sel-sel lapisan marginal. Berupa berbagai penimbunan
sel-sel yang nampak belum mengalami diferensiasi pada luka tersebut
disebut blastama yang akan berpoliferasi dan secara prosesif membentuk
bagian yang hilang. Blastama dapat berasal dari sel cadang khusus atau
neoblast sel-sel intertisial yang bermigarsi ke tempat asal luka
(Sugianto, 1996).
Setiap spesies mempunyai susunan perilaku yang spesial dan adaptasi
fisiologi untuk memperkecil atau mengganti kerusakan pada banyak akibat
negatif. Salah satu langkah yang paling penting dari suksesnya
Menurut Adnan (2007), bahwa regenerasi merupakan suatu peristiwa yang terjadi atas beberapa tahap yaitu :
- Penyembuhan luka.
- Penyembuhan jaringan.
- Pembentukan blastoma.
- Morfologi dan redeferensiasi.
- Darah mengalir menutupi pernukaan luka lalu membentuk scap yang sifatnya melindungi.
- Epitel kulit menyebar di permukaan luka di bawah scab sel epitel bergerak secara nuboid. Butuh waktu dua hari agar kulit lengkap menutupi luka.
- Redeferensiasi sel-sel jaringan di sekitar luka, sehingga menjadi bersifat muda kembali dan pluripotent, untuk membentuk berbagai jenis jaringan baru.
- Pembentukan blastoma, yakni kuncup regenerasi pada permukaan bekas luka, scab yang ada mungkin sudah lepas waktu itu.
- Rediferensiasi sel-sel deferensiasi, serentak dengan poliferasi sel-sel blastoma itu.
Ekor cicak memiliki bentuk yang panjang dan lunak yang memungkinkan
untuk bisa memendek dan menumpul. Ekor akan mengalami regenerasi bila
ekor tersebut putus dalam usaha perlindungan diri dari predator.
Regenerasi tersebut diikuti oleh suatu proses, yaitu autotomi. Autotomi
adalah proses adaptasi yang khusus membantu hewan melepaskan diri dari
serangan musuh. Autotomi merupakan perwujudan dari mutilasi diri. Cicak
jika akan dimangsa oleh predatornya maka akan segera memutuskan ekornya
untuk menyelamatkan diri. Ekor yang putus tersebut dapat tumbuh lagi
tetapi tidak sama seperti semula (Strorer, 1981).
Tahap pertama dari perbaikan kerusakan ekor cicak adalah sel
epidermis dari bagian luka menyebar diseluruh luka dan sesegera mungkin
menutupi permukaan luka. Selama beberapa hari penutupan luka dari sel
epidermis ini menjadi tudung epidermis apikal. Sel-sel yang banyak
terkumpul di bawah epidermis. Semua jaringan di bawah tudung mengadakan
dediferensiasi dan regenerasi membentuk sel kerucut yang disebut
blastema regenerasi atau tunas regenerasi. Blastema tersebut tumbuh
dengan cepat, di mana pada saat pertama berbentuk kerucut, tetapi
kemudian pada akhirnya menjadi flattened dorsoventral. Kemudian setelah
periode proliferasi, sel blastema mengadakan dediferensiasi dan
memperbaiki ekornya. Bagian yang terpotong inilah yang disuplai darah
dan dapat beregenerasi (Kalthoff, 1996).
Tungkai depan Salamander yang dibuang, proses perbaikan pertama ialah
penyembuhan luka dengan cara menumbuhkan kulit di atas luka tersebut.
Suatu tunas sel-sel yang belum terdiferensiasi terlihat. Tunas ini
mempunyai rupa yang mirip dengan tunas anggota tubuh pada embrio yang
sedang berkembang. Pembelahan yang cepat dari sel-sel “embrio” yang
belum khusus dari tunas anggota tubuh mungkin berasal dari
dediferensiasi sel-sel khusus demikian, sebagai sel-sel otot atau
sel-sel tulang rawan. Dediferensiasi berarti bahwa sel-sel ini
kehilangan struktur diferensiasinya sebelum berperan dalam tugas
regenerasi. Waktu berlalu, sel-sel dari anggota tubuh yang sedang
regenerasi diatur dan berdiferensiasi sekali lagi menjadi otot, tulang,
dan jaringan lainnya yang menjadikan kaki fungsional (Kimball, 1983).
Menurut Balinsky (1983), regenerasi cicak terjadi pada ekor.
Regenerasi ini termasuk anatomi. Mekanisme anatomi diselesaikan dengan
melukai bagian distal ekor atau memberikan tekanan yang menyebabkan
hewan tidak nyaman sehingga ekor terputus di bagian distal. Regenerasi
kemudian akan dilakukan cicak untuk membentuk ekor yang baru meskipun
terdapat perbedaan antara ekor yang baru dibentuk dengan ekor yang
semula. Pembentukan struktur kolumna vertebrae pada ekor hasil
regenerasi disederhanakan sehingga berbeda dari ekor yang normal.
Pangkal ekor cicak terdapat Nerve Growth Factor (NGF) atau faktor
pertumbuhan sel-sel syaraf yang berfungsi sebagai titik tumbuh ekor
cicak. Ekor yang dipotong pada bagian yang dekat NGF maka pertumbuhannya
akan lebih cepat dibandingkan yang menjauhi NGF. Tidak setiap
pemotongan yang dilakukan pada daerah NGF akan menghasilkan pertumbuhan
kembali. Faktor lingkungan yang terlalu dingin dapat menjadi salah satu
penyebab tidak tumbuhnya ekor (Anonim, 2009).
Menurut Anonim (2006), regenerasi ekor tidak disokong oleh deretan
ruas tulang ekor yang tersusun dari jaringan tulang seperti halnya ekor
asli, melainkan disokong oleh bangunan berbentuk tabung memanjang ke
arah ujung ekor dan tersusun dari tulang rawan. Ekor yang mengalami
regenerasi juga mengalami regenerasi medulla spinalis (sumsum tulang
belakang), walaupun regenerasinya tidak sempurna karena hanya tersusun
dari sel ependima, serabut saraf, tanpa ada sel saraf. Sel ependima
merupakan sel khusus yang melapisi saluran dalam sumsum tulang belakang.
Adanya serabut saraf pada sumsum tulang belakang yang mengalami
regenerasi, menimbulkan pertanyaan apakah serabut saraf tersebut berasal
dari sel saraf yang terletak pada otak ataukah sel saraf yang terletak
pada sumsum tulang belakang ekor.
Berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan pada cicak dengan memotong
setengah bagian ekornya dengan menggunakan gunting, setelah diamati
selama kurang lebih empat minggu, ternyata bagian ekor yang telah
dipotong mengalami perpertumbuhan, pada minggu pertama panjang ekor
cicak bertambah 34 mm. Ekor yang putus tersebut tumbuh tetapi tidak sama
seperti semula. Pengamatan pada minggu kedua pasca amputasi mengalami
pertambahan 37 mm. Pengamatan pada minggu ketiga pasca amputasi yaitu
mati, hal ini disebabkan kurangnya perlakuan pada cicak. Perbandingannya
sangat berbeda dengan data pribadi karena pada data pribadi lebih cepat
tumbuh, namun perutmbuhannya tidak sempurna yaitu mati pada minggu
ketiga.
Menurut Sudarwati (1990), regenerasi dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain :
- Temperatur, dimana peningkatan temperatur sampai titik tertentu maka akan meningkatkan regenerasi.
- Makanan, tingkat regenerasi akan cepat jika memperhatikan aspek makanan. Makanan yang cukup dapat membantu mempercepat proses regenerasi.
- System saraf, sel-sel yang membentuk regenerasi baru berasal dari sel sekitar luka . hal ini dapat dibuktikan dengan radisai seluruh bagian tubuh terkecuali bagian yang terpotong, maka terjadilah regenerasi dan faktor yang menentukan macam organ yang diregenerasi.
Kecepatan regenerasi pada probandus dipengaruhi beberapa hal, seperti
adaptasi terhadap lingkungan asing. Probandus yang teramati pada
percobaan mengalami stress, mogok minum, dan selalu berusaha untuk
meloloskan diri apabila tempat isolasi dibuka. Menurut Morgan (1982),
regenerasi dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah
temperatur, proses biologi dan faktor bahan makanan. Kenaikan dari
temperatur, pada hal tertentu, mempercepat regenerasi. Regenerasi
menjadi lebih cepat pada suhu 29,7 0C. Faktor bahan makanan tidak begitu mempengaruhi dalam proses regenerasi.
Terjadinya regenerasi perlu kehadiran urat saraf. Saraf anggota
dipotong waktu larva, lalu kemudian anggota itu diamputasi, tak ada
regenerasi berlangsung. Dedifferensiasi terus berlangsung, tapi
sel-selnya diabsorpsi masuk tubuh, dan akhirnya proses regenerasi
berhenti. Saraf saja dipotong tapi anggota tetap, anggota itu tidak akan
berdegenerasi. Saraf dipotong dan anggota diamputasi, tunggulnya akan
berdegenerasi (Yatim, 1993).
Menurut Yatim (1993), serat saraf tepi, kalau putus dapat juga
berdegenerasi, asal perikaryon (soma neuron) tidak ikut rusak. Urat
saraf potong, bagian ujung yang lepas dari perkaryon akan berdegenerasi
dan debrisnya diphagocytosis makrofag. Bagian pangkal yang berhubungan
dengan perikaryon tetap bertahan, dan akan beregenerasi. Terjadi proses
sebagai berikut :
- Chromatolysis, yakni melarutnya badan Nissl.
- Perikaryon membesar.
- Inti berpindah ke tepi.
- Bagian ujung axon yang dekt luka berdegenerasi sedikit, lalu tumbuh lagi.
Ujung axon yang putus, setelah semua hancur dan dibersihkan makrofag,
sel Schwann berproliferi membentuk batang sel-sel. Bagian proximal axon
kemudian tumbuh dan bercabang-cabang mengikuti batang sel-sel Schwann
ke bagian distal, sehingga mencapai alat effector (otot, kelenjar).
Jarak antara proximal dengan distal yang putus jauh sekali dan batang
sel-sel Schwann tak mencapai ujung bagian proximal itu, ujung proximal
yang tumbuh tak sampai ke alat effector. Terbentuk gumpalan serabut
saraf lepas di bawah kulit bekas luka atau amputasi, yang akan terasa
nyeri sekali. Nampaklah, kehadiran batang sel-sel Schwann di bagian
effector, perlu untuk mengarahkan atau jadi pedoman bagi axon untuk
tumbuh. Neueron yang putus terlalu dekat ke perikaryon, tak ada reaksi
sel-sel Schwann di bagian effector, dan perikaryon sendiri lama-lama
akan mati. Neuroglia, termasuk sel Schwann, dapat beregenerasi dengan
melakukan mitosis. Celah-celah bekas tempat neuron yang rusak dan hancur
di saraf pusat (otak atau sumsum punggung), umpamanya karena penyakit
atau rusak, akan diisi lagi oleh neuroglia, bukan oleh neuron baru.
Praktikum regenerasi yang menggunakan cicak dan kecoa sebagai bahan
praktikum, menghasilkan data pertumbuhan ekor cicak dan kaki kecoa yang
berbeda-beda. Hal ini disebabkan karena daya regenerasi yang dimiliki
oleh setiap individu berbeda-beda. Ekor cicak dan kaki kecoa yang
terpotong akan sedikit demi sedikit dan melalui tahapan-tahapan yang
telah disebutkan.
Pemutusan ekor sebagai suatu siasat cicak sebagai strategi
perlindungan terhadap predator yang bergantung pada lingkungan, diri
sendiri, dan karakter-karakter spesifik yang mempengaruhi kapan dan
bagaimana seringnya menggunakan strategi ini dan sukses. Komponen syaraf
pada perlakuan ini mungkin responnya dapat direfleksikan.
Adnan, Halifah pagarra, Asmawati, 2007. Penuntun Praktikum Reproduksi dan Embriologi. Makassar : Jurusan Biologi FMIPA UNM.
Amanda, R Clause and Elizabeth A. Capaldi. 2006. Caudal aututomy and Regeneration in Lizards. Pennsylvania. Journal of Experimental Zoology 305A:965-973.
Anonim. 2006. Ekor Kadal Lebih Pucat dari Warna Aslinya. Dikutip dari http://www.google .com. Diakses pada tanggal 10 November 2009.
Anonim, 2009. Bagaimana proses ekor cecak yang putus tumbuh kembali?. Dikutip dari http://www.Yahoo!ANSWERS. Diakses tanggal 11 November 2009.
Balinsky, B. I. 1983. An Introduction to Embriology. W. B. Saunders Company, PhiladelpiaKalthoff, Klaus. 1996. Analysis of Biological Development. Mc Graw-Hill Mc, New York
Kimball, J.W. 1983. Biologi Edisi ke- 5 jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Morgan, W. 1982. Comparative Anatomy. John Willey and Sons Inc., New York.
Storer and Usinger. 1981. Elements of Zoology. Mc. Graw Hill Book Company Inc., New York.
Sudarwati, 1990. Struktur Hewan. Bandung : Jurusan Biologi FMIPA ITB.
Sugianto, 1996. Perkembangan Hewan. Yogyakarta : Gajah Mada University Press.
Yatim, W. 1994. Reproduksi dan Embriologi. Bandung : Tarsito.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar