Jumat, 19 April 2013

Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae)


JAWABAN UJIAN TENGAH SEMESTER
MATA KULIAH  EKOLOGI HEWAN



Mata Kuliah
Ekologi Hewan

Dosen Pembina
Husamah, S.Pd
Program Studi
Pendidikan Biologi
Nama Mahasiswa NIM / Kelas
Ahmad Najmul Abidin
201110070311036 / IV A









PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
APRIL 2013







SOAL TAKE HOME


1.    Konsep waktu-suhu yang berlaku pada hewan  poikilotermik sangat berguna aplikasinya dalam pengendalian hama pertanian, khususnya dari golongan serangga. Jelaskan arti konsep waktu secara singkat, dan berikan contoh ulasannya terkait dengan kasus ulat bulu yang menyerbu tanaman mangga di Probolinggo Tahun 2010.

Jawaban
Menurut saya konsep waktu suhu itu keduanya sangat berhubungan sekali. Suhu merupakan sebuah indikator yang berpengaruh penting dalam faktor abiotik dan biotik yang dapat dipengaruhi juga dengan penyinaran sinar matahari. Suhu tubuh merupakan keseimbangan antara perolehan panas dari dalam (metabolisme) atau luar dengan kehilangan panas. Untuk menghadapi cuaca yang sangat buruk (terlalu dingin atau terlalu panas) hewan perlu menghemat energi dengan cara hibernasi atau estivasi. Jika dikaitkan dengan organisme terutama pada hewan Poikiloterm suhu tubuhnya dipengaruhi oleh lingkungan. Suhu tubuh bagian dalam lebih tinggi dibandingkan dengan suhu tubuh luar. Hewan seperti ini juga disebut hewan berdarah dingin. Jadi Suhu yang terlalu tinggi dapat mengakibatkan rusaknya enzim dan protein lain, dapat menguapkan cairan tubuh, dapat merusak vitamin, dapat merusak sel, jaringan dan organ, dapat merusak permeabilitas membran, dan merusak hormon. Sebaliknya, suhu yang terlalu rendah dapat membekukan protoplasma, dapat menghambat kerja enzim, menghambat kerja hormon, dan menghambat metabolisme. Maka dari itu saya dapat mengambil satu contoh hewan poikiloterm yakni belalang. Suhu ambang terjadi perkembangan sejenis belalang adalah 160C lama waktu yang diperlukan untuk perkembangan telur hingga menetas 17,5 hari, maka jika pada suhu 300C maka lama waktu untuk menetas hanya 5 hari.
Pada kasus ulat bulu didaerah probolinggo yang menyerang tanaman mangga, suhu yang berada daerah tersebut memungkin kan hewan tersebut mampu hidup dan beradaptasi. Karena suhu ambang pada hewan ulat bulu itu sama dengan belalang, maka dari itu ulat bulu tersebut mampu hidup dan menyerang tanaman tersebut. Tetapi pada dasarnya para petani sulit untuk melenyapkan ulat bulu tersebut meskipun sudah dilakukan tindakan, seperti menyemprot hama dengan menggunakan peptisida. Karena jumlah populasi hewan tersebut sangat banyak maka sulit sekali untuk di berantas hama tersebut. Hal ini juga dapat disebabkan hilangnya predator seperti burung, kelelawar dan sebagainya yang biasanya dapat membantu para petani untuk memberantas ulat bulu tersebut. Jadi jika waktu dan suhu itu berada pada suhu ambang, maka bisa terjadi populasi ulat bulu tersebut meledak, karena ulat bulu mampu memperbanyak keturunannya pada suhu yang memungkinkan.

Literatur pendukung ini untuk memperkuat jawaban saya.
Aplikasi konsep waktu-suhu lebih pada pengendalian hama secara mekanis dan fisik. Kehadiran dari hama dilahan pertanian seperti kelembaban dan suhu juga ikut mempengaruhi hadirnya suatu hama diareal pertanian tersebut. Seperti yang telah diketahui bahwa setiap hama yang termasuk dalam hewan poikiloterm memiliki laju perkembangan yang sejalan dengan suhu lingkungan, apabila suhu lingkungan sesuai dengan suhu tubuhnya untuk berkembangbiak maka hama dari hewan poikiloterm akan terus melakukan perkembangabiakan. Contoh aplikasi konsep waktu-suhu dalam penegndalian hama pada serangga adalah salah satu hewan poikiloterm. Dapat diketahui serangga yang memiliki suhu untuk hidup 160C yaitu Myzus persicae Sulz akan diperlukan dengan teknik pengendalian hama secara mekanis dan fisik, dimana akan diubah lingkungannya dengan suhu diatas ambang hewan tersebut. Populasi pertumbuhan Myzus persicae Sulz dalam waktu 15 hari tampak meningkat dengan cepat pada kisaran suhu 15,40C – 33,70C, pertumbuhan populasi menjadi tertekan lebih rendah. Selanjutnya jika berada pada batas luar ambang yakni kisaran suhu tinggi 14,30C – 31,70C dengan rata-rata 300C pertumbuhan dengan populasi menjadi sangat tertekan (Suniarhti, 2005).

Suniarhti, Nenet, dkk. 2005. (online) http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads ilmu_hama_tumbuhan.pdf. Diakses 18 April 2013

2.     Jelaskan pemanfaatan konsep kelimpahan, intensitas dan prevalensi, disperse, fekunditas, dan kelulushidupan dalam kaitannya dengan penetapan hewan langka!

Jawaban
Harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) merupakan salah satu satwa langka kebanggaan yang hanya hidup di Pulau Sumatera. Jenis satwa yang menempati puncak piramida dalam ekosistem hutan Sumatera ini keberadaannya telah dilindungi oleh pemerintah Indonesia dan dikatagorikan oleh IUCN (lembaga konservasi internasional) sebagai satwa yang mendekati kepunahan. Sementara itu CITES (konvensi tentang perdagangan satwa dan tumbuhan terancam punah) telah melarang perdagangan dan perburuan satwa ini (Anonymous, 2013).

Anonymous, 2013.(online) http://www.dephut.go.id/files/tiger_ap_07_0.pdf. Diakses 18 April 2013
Saat ini populasi atau kelimpahan harimau sumatera di alam diperkirakan hanya tinggal sekitar 300 individu yang tersebar di beberapa kawasan hutan yang terfragmentasi karena berbagai sebab terutama penebangan dan konversi hutan. Selain itu Populasi Harimau Sumatera di alam kian menurun diakibatkan kondisi habitat yang terus terganggu. Hutan primer dan sekunder merupakan habitat harimau, keberadaan kedua jenis hutan tersebut sulit ditemukan saat ini. Data terakhir jumlah populasi Harimau Sumatera di alam berkisar antara 400 sampai dengan 500 ekor saja yang habitatnya mulai dari Aceh sampai dengan Lampung. Oleh sebab itu hewan ini termasuk hewan langka yang ada di Indonesia khususnya di pulau sumatera.
Salah satu pendekatan konservasi dalam penanganan harimau supaya tidak punah adalah membangun areal rehabilitasi harimau sumatera di habitat alam yang dikelola secara insentif sehingga satwa tersebut dapat berkembang biak secara semi alamiah. Sistem pengelolaan ini disebut dengan “Sumatran Tiger Centre” atau Pusat Perlindungan Harimau penyebab konflik. Tiger Centre ini bermanfaat sebagai koridor buatan yang menghubungkan populasi-populasi yang terfragmentasi sehingga terjadi komunikasi diantara populasi, juga sebagai tempat untuk merehabilitasi harimau penyebab konflik dengan manusia.
Dispersi (Dispersion) merupakan pola penjarakan antar individu dalam perbatasan populasi. Pola dispersi meliputi menggerombol yaitu individu-individu hidup mengelompok dalam topok, seragam atau uniform berjarak sama diakibatkan dari interaksi langsung antara individu-individu dalam populasi, acak (random) yaitu penjarakan yang tidak bisa diprediksi, posisi setiap individu tidak bergantung pada individu lain.
Kelimpahan populasi suatu spesies mengandung dua aspek yang berbeda, yaitu aspek intensitas dan aspek prevalensi. Intensitas menunjukkan aspek tinggi rendahnya kerapatan populasi dalam area yang dihuni spesies. Prevalensi menunjukkan jumlah dan ukuran area-area yang ditempati spesies dalam konteks daerah yang lebih luas (masalah sebaran).
Suatu spesies hewan yang prevalensinya tinggi (prevalen) dapat lebih sering dijumpai. Spesies yang prevalensinya rendah, yang daerah penyebarannya terbatas (terlokalisasi) hanya ditemui di tempat tertentu.
Spesies hewan dapat dimasukkan dalam salah satu dari empat kategori berikut:
prevalensi tinggi (prevalen) dan intensitasnya tinggi
prevalensi tinggi (prevalen) tetapi intensitasnya rendah
prevalensi rendah (terlokalisasi) tetapi intensitasnya tinggi
prevalensi rendah (terlokalisasi) dan intensitasnya rendah.
Harimau sumatera bersifat endemik dan merupakan spesies langka yang terancam kepunahan. Jadi bisa dikatakan hewan ini prevalensinya tinggi. Kategorisasi status spesies dengan memperhitungkan dua aspek tersebut sangat penting terutama dalam menentukan urutan prioritas perhatian dan untuk melakukan upaya-upaya kelestarian spesies hewan langka yang terancam punah.
Spesies yang terlokalisasi dan intensitasnya rendah dikategorikan sebagai spesies langka, pernyataan ini masuk dalam kategori pada harimau sumatera Adakalanya spesies yang intensitasnya tinggi namun prevalensinya rendah pun dimasukkan dalam kategori tersebut.
Faktor-faktor yang menjadi penyebab langkanya suatu spesies sangat banyak. Namun, faktor-faktor tersebut mengkin saja tidak sama antara spesies di suatu tempat tertentu dengan spesies di tempat lain. Kelangkaan suatu spesies dapat diakibatkan oleh satu atau beberapa penyebab berikut: Area yang dihuni spesies menjadi sempit atau jarang. Suatu habitat yang kondisi lingkungannya khas biasanya dihuni oleh spesies yang telah teradaptasi secara khusus untuk lingkungan tersebut. Berubahnya kondisi lingkungan dapat mengakibatkan kepunahan lokal dari spesies tersebut.

Anonymous, 2011. (online) http://nenkiuedubio.blogspot.com/2011/05/populasi-hewan.html. Diakses 18 April 2013

Fekunditas secara umum berarti kemampuan untuk bereproduksi. Dalam biologi, fekunditas adalah laju reproduksi aktual suatu organisme atau populasi yang diukur berdasarkan jumlah gamet, biji, ataupun propagula aseksual. Dalam bidang demografi, fekunditas adalah kapasitas reproduksi potensial suatu individu ataupun populasi. Fekunditas berada di bawah kontrol genetik maupun lingkungan dan merupakan ukuran utama kebugaran biologi suatu spesies.

Anonymous, 2012. (online) http://id.wikipedia.org/wiki/Fekunditas. diakses 18 April 2013
Mamalia biasanya memiliki musim kawin atau waktu tertentu untuk bereproduksi. Musim kawin dapat dipengaruhi oleh lingkungan, makanan, curah hujan dan suhu (Bronson, 1998). Musim kawin dapat berpengaruh terhadap fekunditas dan litter size pada seekor hewan. Fekunditas adalah kemungkinan kelahiran hidup dalam satu siklus, sedangkan litter size adalah jumlah anakan yang lahir dalam sekali kelahiran. Melihat pentingnya mengetahui musim kawin terutama bagi penangkaran, maka dilakukan kajian untuk mengetahui musim kawin harimau Sumatera yang ada di Lembaga Konservasi Indonesia.
Kelulus hidupan pada harimau sumatera sangat bisa terjadi, asalkan pelestarian pada spesies ini sangat diperluas. Konservasi pada hewan ini sangat mendukung untuk kelangsungan hidup pada hewan langka, karena dengan melakukan perluasan habitat harimau sumatera yang berada diluar kawasan konservasi kelulus hidupan spesies ini akan semakin banyak dan laus. Selian itu kita juga perlu memonitoring hewan ini dalam jangka yang panjang.

3.  Jelaskan aplikasi konsep interaksi populasi, khususnya parasitisme dan parasitoidisme, dalam pengendalian biologis. Berikan contohnya!

Jawaban
Interaksi populasi secara parasitisme merupakan interaksi pada organisme atau individu yang merugikan, sebab interaksi ini terjadi contoh pada hewan cacing parasit. Cacing parasit pada umumnya mendapatkan keuntungan dari hospesnya sedangkan hospes tersbut merasa dirugikan. Taenia saginata merupakan cacing yang berada pada usus sapi bahkan manusia. Sebab pada akhirnya cacing ini mampu menyambung hidupnya dengan inang perantaranya seperti bekicot, tumbuhan air. sudah jelas bahwa disini terjadi interaksi pada cacing tersebut untuk berlangsung hidupnya dengan merusak bagian tubuh hospes perantaranya. Tetapi keseimbangan antara hospes dan parasit akan terganggu jika hospes tersebut menghasilkan antibody atau bahan lain yang dapat mengganggu pertumbuhan parasit terganggu jika hospes tersebut menghasilkan antibody atau bahan lain yang dapat mengganggu pertumbuhan parasit Jadi intinya interaksi yang sangat merugikan karena populasi pada cacing ini lama kelamaan akan banyak sesuai dengan daur hidupnya. Pengendalian dengan cara perwatan dan memberikan sistem imun terhadap sapi yang terkena cacing parasit tersebut. Supaya tetap terjaga kesehatanya dan tidak mudah terinfeksi walaupun didalamnya terdapat spesies cacing tersebut.
Tidak jauh dengan interaksi parasitisme, interaksi pupulasi secara parasitoidisme merupakan sekelompok insect yang dikelompokkan dengan dasar perilaku bertelur betina dewasa dan pola perkembangan larva selanjutnya. Pada awalnya hanya sedikit kerusakan yang tampak ditimbulkan terhadap inangnya, tetapi akhirnya hampir dapat mengkonsumsi seluruh inangnya dan dengan demikian makan dapat membunuh inang tersebut sebelum atau sesudah stadium kepompong (pupa). Jadi pada dasarnya interaksi ini tidak hanya mematikan inangya tetapi ada keterkaitan kedekatan antara individu tersebut dengan inangnya. Tetapi hal yang lain juga bisa terjadi karena jika pada akhirnya populasi itu meningkat maka kerugian bisa terjadi.


4.     Nilai sikap dan karakter apa yang harus ditumbuhkan pada siswa ketika belajar konsep-konsep dalam ekologi hewan? Berikan contoh riilnya!

Jawaban
Nilai sikap itu sendiri merupakan sesuatu yang memungkinkan individu atau kelompok sosial membuat keputusan mengenai apa yang dibutuhkan atau sebagai suatu yang ingin dicapai. Secara dinamis, nilai dipelajari dari produk sosial dan secara perlahan diinternalisasikan oleh individu serta diterima sebagai milik bersama dengan kelompoknya.
Jadi nilai sikap dan karakter yang harus ditumbuhkan adalah mengaplikasikan konsep ekologi hewan dalam suatu kehidupan dengan cara mempelajari bagaimana suatu masalah tersebut dapat diselesaikan dengan konsep atau cara dalam sudut pandang ekologi, selain itu rasa ingin tahu dan kerja keras sangat berpengaruh dalam memecahkan suatu masalah. Sebagai contoh yakni kita dapat mengaplikasikannya melalui metode pembelajaran praktikum. Metode pembelajaran ini membuat siswa akan lebih aktif dalam belajar yang berkaitan dengan konsep ekologi hewan.
Dalam arti lain pembelajaran ini sangat identik dengan kontruktivisme. Dengan adanya suatu masalah atau kasus yang tidak bisa dipecahkan dalam belajar ekologi hewan, disini siswa diharapkan berfikir lebih kreatif dalam mencermati sebuah persoalan tersebut. Ketika sudah paham dengan masalah itu maka siswa ini mampu mengetahui cara untuk menyelesaikannya.
Selain itu kita dapat mengetahui populasi serangga yang berada di kampus kita sendiri yaitu di Arboretum. Metode yang dipakai adalah fall trap, dengan metode ini siswa akan banyak tahu tentang keanekaragaman jenis serangga dan jumlah populasi yang ada. Dengan adanya pengalaman yang kita dapatkan maka sangat pentinglah diterapkan sesuai dengan materi yang kita ajarkan dengan siswa sesuai dengan tujuannya juga.

5.    Uraikan satu contoh pemanfaatan indikator hewan untuk monitoring kondisi lingkungan secara mendetail, mulai dari jenis, prinsip dan praktik pemanfaatannya!

Jawaban
Jenis monitoringnya yaitu mengindikasikan adanya polutan di lingkungan baik kuantitas maupun kualitasnya. Jenis Monitoring bersifat sensitif dan rentan terhadap berbagai polutan, sehingga sangat cocok untuk menunjukan kondisi yang akut dan kronis.
Ciri dari Harimau Sumatra jantan memiliki panjang rata-rata 92 inci dari kepala hingga ke ekor dengan berat 300 pound. Betinanya rata-rata memiliki panjang 78 inci dan berat 200 pound. Belang harimau sumatra lebih tipis daripada subspesies harimau lain. Subspesies ini juga punya lebih banyak janggut serta surai dibandingkan subspesies lain, terutama harimau jantan. Ukurannya yang kecil memudahkannya menjelajahi rimba. Terdapat selaput di sela-sela jarinya yang menjadikan mereka mampu berenang cepat. Harimau ini diketahui menyudutkan mangsanya ke air, terutama bila binatang buruan tersebut lambat berenang. Bulunya berubah warna menjadi hijau gelap ketika melahirkan.
Jenis hewan harimau sumatera ini adalah hewan yang tergolong dalam filum kordata (mempunyai saraf tulang belakang), sub-filum vertebrata (bertulang belakang), kelas mamalia (berdarah panas, berbulu dengan kelenjar susu), pemakan daging (karnivora), keluarga felidae (kucing), genus panthera, dan tergolong dalam spesies tigris. Harimau Sumatera, seperti halnya dengan jenis-jenis harimau lainnya, adalah jenis satwa yang mudah beradaptasi dengan kondisi lingkungan tempat tinggalnya di alam bebas.
Prinsip dan praktek pemanfaatannya yaitu mengaju pada pemberian nama serta takson pada hewan tersebut kemudian mengenal jenis spesies yang lainnya yang termasuk family hewan tersebut. Jadi dengan mengetahui mulai dari cirri, jenis, bahkan prinsip dan praktiknya, maka pemafaatan indikator monitoring dalam lingkungan sangatlah mudah, kita dapat memonitoring populasi harimau dan habitatnya Jangka panjang dengan program konservasi harimau sumatera melaksanakan pemotretan dengan menggunakan Camera Infra merah. Camera Inframerah dipasang ditempat-tempat lintasan harimau yang beroperasi selama 24 jam dalam jangka waktu tertentu. Secara otomatis camera akan memotret dan mencatat waktu setiap individu yang melewati lensa camera. Dengan demikian camera tidak saja akan memotret satwa harimau tetapi juga dan satwa mangsa harimau. Dengan menggunakan camera inframerah dalam jumlah yang cukup dan waktu yang lama, akan diperoleh data populasi dan penyebaran harimau sumatera dengan akurasi yang tinggi.

6.       Apakah manfaat pengetahuan tentang relung bagi aktivitas konservasi? Berikan salah satu contoh hewan langka, lakukan kajian tentang relungnya. (dalam satu kelas, hewan yang dikaji tidak boleh sama)!

Jawaban
Habitat, yaitu tempat dimana suatu makhluk hidup biasa diketemukan. Semua makhluk hidup mempunyai tempat hidup yang biasa disebut habitat. Untuk menemukan suatu organisme tertentu, perlu diketahui dulu tempat hidupnya (habitat), sehingga ke habitat itulah pergi mencari atau berjumpa dengan organisme tersebut. Semua organisme atau makhluk hidup mempunyai habitat atau tempat hidup. Contohnya pada harimau sumatera.
Harimau Sumatera hanya ditemukan di pulau Sumatera. Kucing besar ini mampu hidup di manapun, dari hutan dataran rendah sampai hutan pegunungan, dan tinggal di banyak tempat yang tak terlindungi. Hanya sekitar 400 ekor tinggal di cagar alam dan taman nasional, dan sisanya tersebar di daerah-daerah lain yang ditebang untuk pertanian, juga terdapat lebih kurang 250 ekor lagi yang dipelihara di kebun binatang di seluruh dunia. Harimau Sumatera mengalami ancaman kehilangan habitat karena daerah sebarannya seperti blok-blok hutan dataran rendah, lahan gambut dan hutan hujan pegunungan terancam pembukaan hutan untuk lahan pertanian dan perkebunan komersial, juga perambahan oleh aktivitas pembalakan dan pembangunan jalan. Karena habitat yang semakin sempit dan berkurang, maka harimau terpaksa memasuki wilayah yang lebih dekat dengan manusia, dan seringkali mereka dibunuh dan ditangkap karena tersesat memasuki daerah pedesaan atau akibat perjumpaan yang tanpa sengaja dengan manusia.

Aktivitas konservasinya hingga sekarang diperkirakan hanya tersisa 400-500 ekor Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) yang masih bertahan di alam bebas. Selain itu terdapat sedikitnya 250 ekor Harimau Sumatera yang dipelihara di berbagai kebun binatang di seluruh penjuru dunia. Pengrusakan habitat adalah ancaman terbesar terhadap populasi harimau sumatera saat ini.
Pembalakan hutan tetap berlangsung bahkan di taman nasional yang seharusnya dilindungi. Tercatat 66 ekor harimau terbunuh antara tahun 1998 hingga 2000. Dalam upaya penyelamatan harimau Sumatera dari kepunahan, Taman Safari Indonesia ditunjuk oleh 20 kebun binatang di dunia sebagai Pusat Penangkaran Harimau Sumatera, studbook keeper dan tempat penyimpanan sperma (Genome Rescue Bank) untuk harimau Sumatera.
Upaya konservasi yang dilaksanakan oleh Program Konservasi Harimau sumatera di antaranya adalah:
  1. Melakukan studi bioekologi harimau sumatera.
  2. Melakukan perluasan habitat harimau sumatera yang berada diluar kawasan konservasi sebagai kawasan yang dilindungi untuk konservasi harimau sumatera.
  3. Meningkatkan kegiatan perlindungan harimau sumatera dan habitatnya.
  4. Meningkatkan kesadaran masyarakat akan konservasi alam dan meningkatkan kwalitas penegakan hukum dibidang ”Wildlife Crime”
  5. Meningkatkan kwalitas penanganan konflik antara harimau dengan masyarakat yang dapat menjamin kelesatrian harimau sumatera.
  6. Monitoring populasi harimau sumatera dihabitat alaminya dalam jangka panjang.
  7. Meningkatan kwalitas sumber daya manusia dan kerjasama pengelolaan antara seluruh institusi yang berkepentingan terhadap kelestarian harimau sumatera.
  8. Mengembangan Strategi Konservasi Harimau Sumatera di Masa Depan