BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Upaya
mewujudkan kesehatan masyarakat di Indonesia terutama
dilakukan dengan melakukan perubahan perilaku kesehatan melalui promosi
kesehatan. Promosi kesehatan meliputi kegiatan pendidikan kesehatan disertai
pemberdayaan masyarakat. Pendidikan kesehatan memiliki tujuan utama mengubah
pengetahuan masyarakat agar terbentuk perilaku sehat sesuai yang diharapkan.
Peningkatan pengetahuan kesehatan masyarakat diharapkan memicu sikap mendukung
perilaku sehat, bila didukung faktor pemungkin dan pendorong akan membentuk
perilaku sehat. Proses pendidikan kesehatan merupakan proses transfer informasi
tentang kesehatan yang diharapkan melalui komunikasi. Komponen komunikasi
tersusun atas pengirim dan penerima pesan, isi pesan, media
dan efek dari pesan.
Media
sebagai saluran informasi merupakan salah satu komponen penting dalam
pendidikan kesehatan. Memilih media sebagai saluran menyampaikan pesan
kesehatan dipengaruhi metode yang digunakanMedia pendidikan kesehatan pada
hakekatnya alat bantu pendidikan kesehatan. Menurut fungsi sebagai saluran
pesan media pendidikan kesehatan dapat dikelompokkan atas media cetak, media
elektronik dan media papan (billboard). Beberapa media cetak dikenal antara
lain booklet, leaflet, selebaran (flyer),
lembar balik (flip chart), artikel atau rubrik, poster
dan foto. Media elektronik dapat berupa televisi, radio, video, slide, film
strip dan sekarang dikenal internet. Media papan berupa baliho biasanya
dipasang di tempat-tempat umum yang menjadi pusat kegiatan masyarakat.Alat
peraga yang dipergunakan dalam pendidikan kesehatan dapat berupa alat bantu
lihat (visual), alat bantu dengar (audio) atau kombinasi audio
visual.
Penggunaan
alat peraga memperhatikan tujuan penggunaannya (sederhana dan kompleks), sasaran,
tempat dan penggunanya. Dengan memahami komunikasi khususnya alat peraga dan
media pendidikan kesehatan diharapkan analis laboratorium mampu menyampaikan
informasi kesehatan terutama preventif sehingga timbul perubahan perilaku
kesehatan masyarakat agar lebih mendahulukan mencegah penyakit dan meningkatkan
derajat kesehatan. Pendidikan kesehatan yang tepat akan mendorong peran analis
laboratorium untuk mengajak masyarakat memanfaatkan profesi analis kesehatan
bukan hanya pada saat sakit tetapi dimulai dari pencegahan penyakit serta
meningkatkan kondisi kesehatannya melalui deteksi dini.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Apa yang dimaksud dengan promosi
kesehatan ?
2.
Apakah syarat tercapainya rencana
penyuluhan promosi kesehatan yang baik ?
3.
Apakah harapan rencana penyuluhan
promosi kesehatan ?
4.
Bagaimana langkah dalam perencaan
penyuluhan promosi kesehatan ?
1.3 Tujuan
1. Untuk
mengetahui defenisi promosi kesehatan
2. Untuk
mengetahui syarat tercapainya rencana penyuluhan promosi kesehatan yang baik
3. Untuk
mengetahui harapan rencana penyuluhan promosi kesehatan
4. Untuk
mengetahui langkah dalam perencaan penyuluhan promosi kesehatan
1.4 Manfaat
1.
Sebagai panduan pelaksanaan promosi kesehatan
2.
Sebagai informasi penting bagi tenaga kesehatan
3.
Sebagai motivasi kepada masyarakat betapa pentingnya
kesehatan bagi kehidupan
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Promosi Kesehatan
Istilah promosi kesehatan adalah perwujudan dari
perubahan konsep pendidikan kesehatan yang secara structural tahun 1984 WHO
dalam salah satu divisinya,yaitu Divisi Pendidikan Kesehatan (Division Health
Education) diubah menjadi Divisi Promosi kesehatan dan Pendidikan (Division On
Health Promotion and Education).Konsep ini oleh Departemen Kesehatan RI tahun
2000 mulai disesuaikan dengan merubah Pusat Penyuluhan Kesehatan Masyarakat
menjadi Direktorat Promosi Kesehatan dan sekarang menjadi pusat promosi
kesehatan.
Promosi kesehatan merupakan revitalisasi pendidikan
kesehatan pada masa lalu,di mana dalam konsep promosi kesehatan bukan hanya
proses penyadaran masyarakat dalam konsep promosi kesehatan bukan hanya proses
penyadaran masyarakat dalam hal pemberiandan peningkatan pengetahuan masyarakat
dalam bidang kesehatan saja,melainkan juga upaya bagaimana mampu menjembatani
adanya perubahan perilaku seseorang. Hal ini berarti Promosi Kesehatan merupakan
program kesehatan yang dirancang untuk
membawa perbaikan yang merupakanperubahan Perilaku,baik dalam masyarakat maupun
lingkungan organisasinya,lingkungan fisik dan non fisik, social, budaya,
ekonomi, politik,dan sebagainya.
Untuk mewujudkan perubahan kearah perilaku hidup
sehat di masyarakattidak mudah begitu saja diwujudkan.Fakta membuktikan dari
pengalaman Negara maju dan Negara berkembang banyak factor yang menghambat dan
salah satu factor terbesar yang dirasakan adalah kurangnya factor pendukung
berupa sarana dan prasarana dimasyarakat untuk berperilaku hidup sehat.Walaupun
kesadaran danpengetahuan masarakat tentang sanitasi lingkungan,pentingnya gizi
yang baik ,manfaat imunisasi ,pelayanan kesehatan, perumahan sehat, ventilasi
rumah, pencahayaan yang baik, dan lain sebagainya sudah cukup tinggi ,tetapi
kalau tidak didukung oleh fasilitas yaitu tersedianya jamban sehat, air bersih,
makanan yang bergizi, fasilitas imunisasi, adanya pelayanan kesehatan,
kemudahan memperoleh rumah yang layak dan lain sebagainya maka rasanya sangat
sulit bagi mereka untuk dapat mewujudkan perilaku hidup sehat sebagaimana yang
diharapkan tersebut.
2.2
Syarat Tercapainya Rencana Penyuluhan Promosi Kesehatan yang Baik
Berikut ini merupakan syarat tercapainya rencana
penyuluhan promosi kesehatan yang baik
1. Pimpinan
program dan pelaksana program mempunyai pengertian dan sikap yang positif
terhadap apa yang akan dilakukan dalam penyuluhan tersebut
2. Para
pimpinan memberi dukungan positif
3. Tersedia
biaya untuk program penyuluhan tersebut
4. Unit
–unit penunjang dalam penyuluhan berfungsi dengan baik
2.3
Harapan Rencana Penyuluhan Promosi Kesehatan
Hasil yang diharapkan dari rencana
penyuluhan rencana promosi kesehatan adalah sebagai berikut.
1. Sesuai
dengan kebutuhan masyarakat
2. Sesuai
dengan kebutuhan program
3. Bersifat
praktis dan bisa dilaksanakan sesuai situasi setempat (feasibel dan fleksibel )
4. Ada
dukungan dari kebijaksanaan yang ada
2.4
Langkah dalam Perencanaan Penyuluhan Promosi Kesehatan
2.4.1
Mengenal Masalah, Masyarakat, dan Wilayah
Tindakan yang dilakukan pertama kali oleh penyuluh
adalah melakukan pengumpulan data tentang berbagai hal yang diperlukan, baik
untuk kepentingan perencanaan maupun data awal sebagai pembanding penilaian.
A.
Mengenal
Masalah
Untuk dapat mengenal masalah,
kegiatan yang dilakukan di antaranya :
1. Mengenal
program yang akan ditunjang dengan penyuluhan
2. Mengenal
masalah yang akan ditanggulangi oleh program tersebut. Misalnya program
mengenal gejala dini penyakit DHF seperti demam, kepala pusing, sendi terasa
ngilu dan lemas, masalah yang akan ditanggulangi adalah risiko syok yang
berakibat pada ancaman kematian pada pasien. Masalah gizi (program
penanggulangan kekurangan vitamin A), maka masalah yang akan ditanggulangi
adalah xeroftalmia yang bisa mengakibatkan kebutaan.
3. Dasar
pertimbangan apa yang dipergunakan untuk menentukan masalah yang akan
dipecahkan. Bagaimana pandangan para pimpinan dan ahli kesehatan terhadap
masalah tersebut, apakah masalah tersebut merupakan prioritas masalah sehingga
perlu untuk segera ditanggulangi, bagaimana pandangan masyarakat terhadap
masalah, apakah mereka menganggap masalah tersebut sebagai masalah utama,
apakah masalah tersebut bisa dipecahkan, serta apakah dengan penyuluhan masalah
sudah bisa diatasi.
4. Pelajari
masalah tersebut serta kenali dari segi perilakunya. Pelajari pengertian,
sikap, dan tindakan apa dari individu, kelompok atau masyarakat yang
menyebabkan masalah tersebut.
B.
Mengenal
Masayarakat
Program
penyuluhan ini adalah untuk masyarakat, maka pada tahap perencanaan penyuluhan
yang harus sudah terkaji pada masyarakat adalah sebagai berikut :
1. Jumlah
penduduk, berapa jumlah penduduknya, bagaimana dengan kelompok-kelompok khusus
yang beresiko seperti ibu hamil, ibu menyusui, lansia, dan lainnya.
2. Keadaan
sosial budaya dan ekonomi masyarakat, bagaimana dengan tingkat pendidikan
masyarakat (apakah masih ada yang tak bias baca tulis), norma masyarakat
setempat, adakah tantangan sehubungan dengan prilaku yang diharapakan, pola
kepemimpinan yang terapkan adakah kelompok-kelompok yang berpengaruh, hubungan
yang satu dengan yang lainnya (siapa yang berpengaruh dalam mengambil keputusan
di masyarakat termasuk keluarga). pola partisipasi masyarakat setempat dan
organisasi sosial yang ada, serta tingkat ekonomi masyarakat setempat (mata
pencaharian).
3. Pola
komunikasi di masyarakat, bagaimana informasi disebarluaskan di masyarakat,
siapa sebagai sumber informasi, pusat-pusat penyebaran informasi (warung,
arisan, jamaah-jamah yasinan, tahlil, atau lainnya), serta saluran komunikasi
yang ada di masyarakat (radio, surat kabar, pengeras suara, dan lain-lainnya).
4. Sumber
daya yang ada (resources)
a. Sarana
apa saja yang dimiliki masyarakat, baik sebagai individu maupun masyarakat
secara keseluruhan yang bisa dipergunakan oleh mereka untuk perubahan prilaku
yang diharapkan.
b. Sarana
apa saja yang ada, baik pada istitusi pemerintah maupun non pemerintah yang
bisa dipergunakan oleh masyarakat untuk mengubah prilaku. Informasi tentang
penyakit DHF bisa ke unit P2M di puskesmas dan informasi tentang adanya klinik
gizi.
c. Sarana
apa saja yang ada, baik pada institusi pemerintah maupun swasta, juga
masyarakat yang bisa dimanfaatkan untuk melaksanakan kegiatan penyuluhan
kesehatan, seperti pengeras suara, ruang pertemuan balai Rw, kelurahan,
sekolah, masjid, dan tempat lainnya.
d. Sumber
daya tenaga yang ada, petugas kesehatan yang bisa dilibatkan dalam penyuluhan,
tugas pokok masing-masing tenaga, latihan yang pernah diperoleh di bidang
penyuluhan kesehatan, bimbingan yang diterima dalam penyuluhan kesehatan pada
masing-masing petugas kesehatan, hambatan dalam melibatkan petugas kesehatan
dalam melakukan program penyuluhan, apakah ada petugas lain yang dapat
membantu, serta apakah tenaga yang ada di masyarakat yang bisa membantu
5. Pengalaman
masyarakat program sebelumnya, sikap mereka terhadap pelayanan yang diberikan,
terhadap para petugas, sikap ini mempunyai pengaruh positif /negative terhadap
penyuluhan yang akan direncakan, apakah dari program-program tersebut ada yang
memberikan pengalaman yang kurang menyenangkan.
6. Pengalam
masyarakat di masa lalu sehubungan dengan program penaggulangan penyakit DHF
atau penanganan penyakit gizi buruk yang pernah dilaksanakan di daerah
tersebut. Apakah berkesan atau malah mengecewakan masyarakat.
C.
Mengenal
Wilayah
Program
bisa dilaksanakan dengan baik jika yang melaksanakan program tersebut
mengetahui benar situasi lapangan. Berikut ini dua hal pengkajian yang perlu
dilakukan dalam mengenal wilayah :
1. Lokasinya,
apakah terpencil (tidak berbatasan dengan desa lain), apakah daerahnya datar
atau pegunungan apakah ada jalur transpor umum dan lainnya.
2. Sifatnya,
kapan musim hujan, kemarau panjang, daerah kering/gersang atau cukup sumber
air, sering banjir, pasang surut, apakah daerah perbatasan, dan lainnya.
2.4.2
Menentukan Prioritas Masalah
Prioritas dalam penyuluhan harus sejalan dengan
prioritas masalah yang di tentukan oleh program yang ditunjang, hindari
penyuluhan menentukan prioritas sendiri sebab dapat menyebabkan program
berjalan sendiri. Misalnya pada program penanggulangan penyakit DHF, maka
penyuluhan harus mengambil masalah yang resiko syok yang mengakibatkan pada
ancaman kematian pasien sebagi masalah prioritas dan menngembangkan segi
penyuluhan. Jika nanti dalam upaya penanggulangan resiko syok dengan
memanfaatkan penekanan gejala dini dari penyakit DHF seperti demam, kepala
pusing, sendi terasa nyilu, dan lemas merupak interfensi yang diprioritaskan,
maka penyuluhan harus ditunjang dengan interfensi yang diprioritaskan.
Penentuan prioritas bisa berdasarkan berbagai pertimbangan.
Figur
7.3. Tahap-tahap Penyuluhan
1. Berdasarkan
akibat yang ditimbulkan oleh masalah tersebut, sehingga perlu diprioritaskan
upaya penanggulangannya.
2. Pertimbangan
politis, yaitu menyangkut nama baik Negara.
3. Berdasarkan
sumber daya yang ada.
2.4.3
Menentukan Tujuan Penyuluhan
Tujuan dari penyuluhan kesehatan diantaranya adalah
tujuan jangka pendek, menengah dan jangka panjang. Tujuan jangka pendek adalah
terciptanya pengertian, sikap, dan norma menuju kepada terciptanya prilaku
sehat. Sedangkan tujuan jangka panjang adalah terjadi perubahan status
kesehatan yang optimal. Tujuan harus jelas, realistis (bisa dicapai) dan dapat
diukur. Hal ini diperlukan agar penilaian penyuluhan dapat dilaksanakan dengan
baik. Beberapa hal yang dapat diperhatikan pada program yang akan dikembangkan
dari segi penyuluhannya adalahsudah berapa lama program tersebut berjalan,
program apa yang sedang dilaksanakan dan yang sudah berjalan.
1. Seberapa
jauh penyuluhan sudah dimasukkan di waktu lalu.
2. Kalau
sudah masuk, apa tujuan penyuluhan di masa lalu.
3. Apakegiatan
penyuluhan yang dilaksanakan waktu itu, dan bagaimana hasilnya, ini perlu agar
petugas penyuluh kesehatan dapat menentukan tujuan yang baru.
2.4.4
Menentukan Sasaran Penyuluhan
Sasaran program dan sarana penyuluhan tidak selalu
sama, yang di maksud dengan sasaran adalah kelompok sasaran seperti individu
atau kelompok yang akan diberi penyuluhan.menentukan kelompok sasaran
menyangkut pula strategi. Sebagai contoh, tujuan penyuluhan adalah agar
kelompok lanjut usia mau melakukan senam lansia tiap seminggu sekali dalam hal
ini sasaran penyuluhannya mungkin bukan hanya para lansia saja, tetapi juga
pada orang-orang yang berpengaruh dalam mengambil keputusan dalam keluarga.
Mungki anggota keluarga yang non lansia bisa diikutkan dengan harapan mereka
bisa membujuk orang-orang yang sudah lanjut usia untuk mengikuti senam lansia.
2.4.5
Menentukan Isi Penyuluhan
Setelah tujuan, sasaran, situasi, masalah, dan
latarbelakang sasaran ditentukan, maka isi penyuluhan dapat ditentukan. Isi
penyuluhan dan keuntungan terhadap kelompok sasaran harus juga disebutkan. Isi
penyuluhan harus dituangkan dengan bahasa yang mudah dipahami oleh sasaran,
pesan harus benar-benar bisa dilaksanakan oleh sasaran dengan sarana yang
mereka miliki, atau yang terjangkau oleh mereka. Dasar-dasar komunikasi perlu
dipahami dalam menyusun isi penyuluhan.
2.4.6
Menentukan Metode Penyuluhan yang Akan Dipergunakan
Metode diartikan sebagai cara pendekatan tertentu.
Didalam proses belajar, pendidik harus dapat memilih dan menggunakan metode
(cara) mengajar yang cocok atau relevan, sesuai dengan kondisi setempat.
Meskipun berlaku pedoman umum bahwa tidak ada satu pun metode belajar yang
paling baik dan tidak ada satu pun metode belajar yang berdiri sendiri. Oleh karena
itu, diperlukan pemahaman yang cukup tentang penerapan , metode yang sesuai
dengan sasaran, tempat, dan waktu yang berbeda.
Pemberian pendidikan kesehatan pada sasaran yang
sama, tetapi wkatu dan/ atau tempat yang berbeda dalam pelaksanaanya memerlukan
metode yang juga berbeda. Demikian juga sebaliknya, pada sasaran yang berbeda
dengan tempat yang sama, membutuhkan metode yang mungkin berbeda atau bahkan
metode yang sama. Kecermatan pemilihan metode sangat diperlukan dalam mencapai
tujuan pendidikan kesehatan itu sendiri.
Jenis Metode
Secara garis besar, metode dibagi menjadi dua, yaitu
metode didaktif dan metode sokratik. Metode didaktik didasarkan atau dilakukan
secara satu arah atau one way method.
Tingkat keberhasilan metode didaktif sulit dievaluasi karena peserta didik
bersifat pasif dan hanya pendidik yang aktif (misalnya : ceramah, film,
leaflet, bulket, poster, dan siaran radio, kecuali siaran radio yang bersifat
interaktif, dan tulisan di media cetak).
Metode sokratik. Metode ini dilakukan secara dua
arah atau two ways method. Dengan
metode ini, kemungkinan antara pendidik dan peserta didik bersikap aktif dan
kreatif (misalanya : diskusi kelompok, debat, panel, forum, buzzgroup, seminar,
bermain peran, sosiodarma, curah pendapat, demonstrasi, studi kasus, lokakarya,
dan penugasan perorangan).
Metode dalam melakukan pendidikan kesehatan dibagi
menjadi tiga kelompok, antara lain :
1.
Metode
Pendidikan Individual (Perorangan)
2.
Metode
Pendidikan Kelompok
3. Metode Pendidikan Massa
Aspek Penilaian Metode
Pemilihan metode belajar yang efektif dan efesien
harus mempertimbangkan hal-hal berikut.
1. Hendaknya disesuaikan dengan tujuan pendidikan
2. Bergantung
pada kemampuan guru atau pendidiknya
3. Kampuan
pendidik
4. Bergantung
pada besarnya kelompok sasaran atau kelas
5. Harus
disesuiakan dengan waktu pemberian atau penyampaian pesan tersebut
6. Hendaknya
mempertimbangkan fasilitas-fasilitas yang ada
Klasifikasi Metode
Menurut
Notoatmodjo (1993) dan WHO (1992), metode pendidikan kesehatan diklasifikasikan
menjadi tiga bagian, yaitu metode pendidikan individu, kelompok, dan massa.
1. Metode
pendidikan inividu
a. Bimbingan
dan Konseling
Bimbingan berisi penyampaian
informasi yang berkenan dengan masalah pendidikan, pekerjaan, pribadi, dan
masalah sosial yang disajikan dalam bentuk pelajaran. Informasi dalam bimbingan
dimaksudkan memperbaiki dan mengembangkan pemahaman diri dan orang lain,
sedangkan perubahan sikap merupakan tujuan tidak langsung. Konseling adalah
proses belajar yang bertujuan memungkinkan konseli (peserta pendidik) mengenal
dan menerima diri sendiri serta realistis dalam proses penyelesaian dengan
lingkungannya (Nurihsan, 2005). Konseling menjadi strategi utama dalam proses
bimbingan, dan merupakan teknik standar dan tugas pokok seorang konselor di
pusat pendidikan. Konseling membantu konseli memecahkan masalah-masalah pribadi
(sosial atau emosional), mengerti diri, mengeksploitasi diri, dan dapat
memimpin diri sendiri dalam suatu masyarakat serta membantu mengembangkan
kesehatan mental, perubahan sikap, dan tingkah laku.
Proses konseling terdiri atas tiga
tahap (Cavagnh, 1982), yaitu :
Ø Tahap
awal. Meliputi pengenalan, kunjugan, dan dukungan lingkungan
Ø Tahap
pertengahan. Berupa kegiatan penjelasan masalah klien, dan membantu apa yang
akan diberikan berdasarkan penilaian kemabli masalah klien
Ø Tahap
akhir. Ditandai oleh penurunan kecemasan klien. Terdapat perubahan perilaku
kearah positif, sehat dan dinamik, tujuan hidup yang jelas di masa yang akan
datang, dan terjadi perubahan sikap
b. Wawancara
Cara ini sebenarnya merupakan
bagian dari bimbingan dan konseling. Wawancara petugas dengan klien dilakukan
untuk menggali informasi mengapa ia tidak atau belum menerima perubahan, apakah
tertarik atau tidak terhadap perubahan dan untuk mengetahui apakah perilaku
yang sudah atau belum diadopsi memiliki dasar pengertian dan kesadaran yang
kuat.
2. Metode
pendidikan kelompok
Metode kelompok
dibagi menjadi 2 yaitu kelompok besar dan kecil.
Kelompok Besar
Untuk kelompok yang besar (sasaran berjumlah lebih
dari 15 oarang), dapat digunakan metode ceramah dan seminar.
a. Ceramah
Metode ini baik untuk sasaran
pendidikan tinggi maupun rendah. Hal-hal uang perlu diperhatikan dalam
menggunakan metoda ceramah:
Ø Persiapan :
Ceramah yang berhasil apabila penceramah itu sendiri
menguasai materi apa yang akan diceramahkan. Untuk itu penceramah harus
mempersiapkan diri.
Mempelajari
materi dengan sistematika yang baik. Lebih baik lagi kalau disusun dalam
diagram atau skema.
Mempersiapkan alat-alat bantu pengajaran, misalnya
makalah singkat, slide, transparan, sound sistem, dan sebagainya.
Ø Pelaksanaan
:
Kunci dari keberhasilan pelaksanaan ceramah adalah
apabila penceramah dapat menguasai sasaran ceramah. Untuk dapat menguasai
sasaran (dalam arti psikologis), penceramah dapat melakukan hal-hal sebagai
berikut:
§ Sikap dan
penampilan yang meyakinkan, tidak boleh bersikap ragu-ragu dan gelisah.
§ Suara
hendaknya cukup keras dan jelas.
§ Pandangan
harus tertuju ke seluruh peserta ceramah.
§ Berdiri di
depan (di pertengahan), seyogianya tidak duduk.
§ Menggunakan
alat-alat bantu lihat (AVA) semaksimal mungkin.
b.
Seminar
Metode
ini hanya cocok untukpendidikan menengah ke atas. Seminar adalah suatu
penyajian (presentasi) dari seorang ahli atau beberapa orang ahli tentang suatu
topic yang dianggap penting dan dianggap hangat masyarakat.
Kelompok Kecil
Apabila peserta kegiatan itu kurang dari 15 orang
biasanya kita sebut kelompok kecil. Metode-metode yang cocok untuk kelompok
kecil antara lain :
a.
Diskusi Kelompok
Dalam
diskusi kelompok agar semua anggota klompok dapat bebas berpartisipasi dalam
diskusi, maka formasi duduk para peserta diatur sedemikian rupa sehingga mereka
dapt berhadap-hadapan atau saling memandang satu sama lain, misalnya dalam
bentuk lingkaran atau segi empat. Pimpinan diskusi juga duduk di antara peserta
sehingga tidak menimbulkan kesan yang lebih tinggi. Dengan kata lain mereka
harus merasa dalam taraf yang sama sehingga tiap anggota kelompok mempunyai
kebebasan/keterbukaan untuk mengeluarkan pendapat.
Untuk
memulai diskusi, pemimpin diskusi harus memberikan pancingan-pancingan yang
dapat berupa pertanyaan-petanyaan atau kasus sehubungan dengan topic yang
dibahas. Agar terjadi diskusi yang hidup maka pemimpin kelompok harus
mengarahkan dan megatur sedemikian rupa sehingga semua orang dapat kesempatan
berbicara, sehingga tidak menimbulkan dominasi dari salah seorang peserta.
b.
Curah pendapat (Brain Storming)
Metode ini
merupakan modifikasi metode diskusi kelompok. Prinsipnya sana dengan metode
diskusi kelompok. Bedanya, pada permulaan pemimpin kelompok memancing dengan
satu masalah dan kemudian tiap peserta memberikan jawaban atau tanggapan (curah
pendapat). Tanggapan atau jawaban-jawaban tersebut ditampung dan ditulis dalam
flipchart atau papan tulis. Sebelum semua peserta mencurahkan pendapatnya,
tidak boleh dikomentari oleh siapa pun. Baru setelah semua anggota dikeluarkan
pendapatnya, tiap anggota dapat mengomentari, dan akhirnya terjadi diskusi.
c.
Bola Salju (Snow Bailing)
Kelompok dibagi dalam pasangan-pasangan (1 pasang 2 orang) dan kemudian
dilontarkan suatu pertanyaan atau masalah. Setelah lebih kurang 5 menit maka
tiap 2pasang bergabung menjadi satu. Msreka tetap mendiskusikan masalah
tersebut, dan mencari kesimpulannya. Kemudian tiap 2 pasang yang sudah
beranggotakan 4 orang ini bergabung lagi dengan pasangan lainnya, demikian
seterusnya sehingga akhirnya akan terjadi diskusi seluruh anggota kelompok.
d.
Kelompok-kelompok Kecil (Buzz Group)
Kelompok
langsung dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil (buzz group) yang
kemudian diberi suatu permasalahan yang sama atau tidak sama dengan kelompok
lain, Masing-masing kelompok mendiskusikan masalah tersebut, Selanjutnya
hasil dan tiap kelompok didiskusikan kembali dan dicari kesimpulannya.
e.
Bermain peran (Role Ploy)
Dalam metode ini
beberapa anggota kelompok ditunjuk sebagai pemegang peran tertentu untuk
memainkan peranan, misalnya sebagai dokter Puskesmas, sebagai perawat atau
bidan, dan sebagainya, sedangkan anggota yang lain sebagai pasien atau anggota
masyarakat. Mereka memperagakan, misalnya bagaimana interaksi atau berkomunika
sehari-hari dalam melaksanakan tugas.
f. Permainan
Simulasi (Simulation Game)
Metode ini merupakan gabungan antara role play dengan
diakusi kelompok. Pesan-pesan kesehatan disajikan da lam beberapa bentuk
permainan seperti permainan monopoli. Cara memainkannya persis seperti bermain
monopoli, dengan menggunakan dadu, gaco (petunjuk arah), selain beberan atau
papan main. Beberapa orang menjadi pemain, dan sebagian lagi berperan sebagai
narasumber.
3. Metode
pendidikan massa
Metode
pendidikan massa dilakukan untuk mengonsumsikan pesan-pesan kesehatan yang
ditujukan untuk masyarakat. Karena sasaran pendidikan bersifat umum, dalam arti
tidak membedakan golongan, umur, jenis kelamin, pekerjaan, status sosial
ekonomi, dan tingkat pendiidkan. Umumnya, bentuk pendekatan massa diberikan
secara tidak langsung, biasanya menggunakan atau melalui media massa. Berikut
ini merupakan contoh metode pendidikan massa yakni :
a. Ceramah umum
(public speaking). Pada acar-acara tertentu, misalnya pada Hari Kesehatan
Nasional, Menteri Kesehatan atau pejabat kesehatan lainnya berpidato dihadapan
massa rakyat untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan.
Safari KB juga merupakan salah satu bentuk pendekatan massa.
b. Pidato-pidato/
diskusi tentang kesehatan melalui media elektronik, baik TV maupun radio, pada
hakikatnya merupakan bentuk promosi kesehatan massa.
c. Simulasi,
dialog antara pasien dengan dokter atau petugas kesehatan lainnya tentang suatu
penyakit atau masalah kesehatan adalah juga merupakan pendekatan pendidikan
kesehatan massa.
d. Tulisan-tulisan
di majalah atau koran, baik dalam bentuk artikel maupun tanya jawab atau
konsultasi tentang kesehatan adalah merupakan bentuk pendekatan promosi
kesehatan massa.
e. Bill Board,
yang dipasang di pinggir jalan, spanduk, poster, dan sebagainya juga merupakan
bentuk promosi kesehatan massa. Contoh : billboard Ayo ke Posyandu
2.4.7
Memilih Alat bantu (Media) Penyuluahan yang Dibutuhkan
a.
Pengertian
Media adalah alat
yang digunakan oleh pendidik dalam menyampaikan bahan pendidikan atau pengajaran.
Media pendidikan kesehatan disebut juga sebagai alat peraga karena berfungsi
membantu dan memeragakan sesuatu dalam proses pendidikan atau pengajaran. Prinsip
pembuatan alat peraga atau media bahwa pengetahuan yang ada pada setiap orang
diterima atau ditangkap melalui pancaindera.
Semakin banyak pancaindra yang digunakan, semakin
banyak dan semakin jelas pula pengertian atau pengetahuan yang diperoleh. Hal
ini menunjukkan bahwa keberadaan alat peraga dimaksudkan mengarahkan indra sebanyak
pada suatu objek sehingga memudahkan pemahaman.
b.
Intensitas
Alat Bantu
Alat
peraga atau media mempunyai intensitas yang berbeda dalam membantu permasalahan
seseorang. Elgar Dale menggambarkan intensitas setiap alat peraga dalam suatu
kerucut (Gambar 10.1).
Berdasarkan
Gambar 10.1, alat peraga yang memiliki tingkat intensitas paling tinggi adalah
benda asli dan yang memiliki intensitas paling rendah adalah kata-kata. Hal ini
berarti bahwa penyampaian materi hanya dengan kata-kata saja kurang efektif.
Seperti penggunaan metode, akan lebih efektif dan efesien bila yang digunakan
tidak hanya satu alat peraga, tetapu gabungan beberapa media.
c.
Faedah Alat Bantu Promosi (Kesehatan)
Secara rinci,
manfaat alat peraga adalah sebagai berikut.
1.
Menimbulkan minat sasaran
2.
Mencapai sasaran yang lebih banyak
3.
Membantu mengatasi banyak hambatan dalam
pemahaman
4.
Merangsang sasaran untuk meneruskan pesan
pada orang lain
5.
Memudahkan penyampaian informasi
6.
Memudahkan penerimaan informasi oleh
sasaran
7.
Menurut penelitian, organ yang paling banyak
menyalurkan pengetahuan adalah mata. Lebih kurang 75-87% pengetahuan manusia
diperoleh atau disalurkan melalui mata, dan 13-25% lainnya tersalurkan melalui
indra lain. Oleh sebab itu, dalam aplikasi pembuatan media, disarankan lebih
banyak menggunakan alat-alat visual karena akan mempermudah cara penyampaian
dan penerimaan informasi oleh masyarakat
8.
Mendorong keinginan untuk mengetahui,
mendalami, dan mendapat penegertian yang lebih baik
9.
Membantu menegakkan pengertian yang
diperoleh, yaitu menegakkan pengetahuan yang telah diterima sehingga apa yang
diterima lebih lama tersimpan dalam ingatan.
d.
Macam- macam Alat Bantu Promosi (Kesehatan)
Pembagian
alat peraga secara umum
Alat bantu lihat (visual aids). Alat bantu ini digunakan untuk membantu menstimulasi
indera mata (penglihatan) pada waktu terjadinya proses pendidikan. Alat ini ada
2 bentuk :
1.
Alat yang diproyeksikan (misalnya, slide, OHP, dan
film strip)
2.
Alat-alat yang tidak diproyeksikan (misalnya, 2 dimensi,
gambar peta, dan bagan) termasuk alat bantu cetak atau tulis, misalnya leafet,
poster, lembar balik, dan buklet. Termasuk tiga dimensi seperti bola dunia dan
boneka).
Alat bantu dengar (audio aids), yaitu alat yang dapat membantu untuk
menstimulasikan indewra pendengar pada waktu proses penyampaian bahan
pendidikan/bahan pengajaran. Misalnya : piring hitam, radio, tape, dan CD. Alat
bantu dengar dan lihat, seperti TV, film dan video.
e.
Pembagian
Alat Peraga Berdasarkan Fungsinya
Ø Media cetak
1.
Booklet. Media untuk menyampaikan
pesan-pesan kesehatan dalam bentuk buku, baik berupa tulisan maupun gambar
Gambar 1.
http://www.google.com/imgres?imgurl=http%3A%2F%2F1.bp.blogspot.com
2.
Leaflet. Bentuk penyampaian informasi atau
pesan-pesan kesehatan melalui lembaran yang dilipat. Isi informasi dapat berupa
kalimat, gambar, atau kombinasi.
Gambar 2.
Gambar 3.
http://www.google.com/imgres?imgurl=http%3A%2F%2F1.bp.blogspot.com
3.
Flyer (selebaran), bentuk seperti leaflet,
tetapi tidak dilipat
Gambar 4.
http://www.google.com/imgres?imgurl=http%3A%2F%2F1.bp.blogspot.com
4.
Flip chart (lembar balik), biasanya dalam
bentuk buku, setiap lembar (halaman) berisi gambar yang diinformasikan dan
lembar baliknya (belakangnya) berisi kalimat sebagai pesan atau informasi yang
berkaitan dengan gambar tersebut
Gambar 5.
http://www.google.com/imgres?imgurl=http%3A%2F%2F1.bp.blogspot.com
5.
Rubrik atau tulisan-tulisan pada surat
kabar atau majalah yang membahas suatu masalah kesehatan, atau hal-hal yang
berkaitan dengan kesehatan
Gambar 6.
http://www.google.com/imgres?imgurl=http%3A%2F%2F1.bp.blogspot.com
6.
Poster. Bentuk media yang berisi
pesan-pesan atau informasi kesehatan yang biasanya ditempel didinding,
tempat-tempat umum, atau kendaraan umum. Biasanya isinya bersifat pemberitahuan
dan propaganda.
Gambar 7.
http://www.google.com/imgres?imgurl=http%3A%2F%2F1.bp.blogspot.com
7.
Foto yang mengungkap informasi kesehatan
Ø Media elektronik
Jenis-jenis media elektronik yang dapat digunakan sebagai
media pendidikan kesehatan, antara lain adalah sebagai berikut.
1.
Televisi. Penyampaian pesan kesehatan
melalui media televisi dapat berbentuk sandiwara, sinetron, forum diskusi,
pidato (ceramah), TV spot, dan kuis atau cerdas cermat.
2.
Radio. Bentuk penyampaian informasi diradio
dapat berupa obrolan (tanya jawab), konsultasi kesehatan, sandiwara radio, dan
radio spot.
3.
Video. Penyampaian informasi kesehatan
melalui video.
4.
Slide. Slide dapat juga digunakan untuk
menyampaikan informasi kesehatan
5.
Film strip
Ø Media papan (billboard)
Media papan yang
dipasang ditempat-tempat umum dapat diisi pesan-pesan atau informasi kesehatan.
Media ini juga mencakup pesan-pesan yang ditulis pada lembaran seng dan
ditempel di kendaraan umum (bus da taksi)
Ø Media hiburan
Penyampaian
informasi kesehatan dapat dilakukan melalui media hiburan, baik di luar gedung
(panggung terbuka) maupun dalam gedung, biasanya dalam bentuk dongeng, sosiodrama, kesenian
tradisional, dan pemeran.
f.
Sasaran yang Dicapai Alat Bantu Pendidikan
Pengetahuan tentang sasaran pendidikan yang akan dicapai alat peraga,
penting untuk dipahami dalam menggunakan alat peraga. Ini berarti penggunaan
alat peraga harus berdasarkan pengetahuan tentang sasaran yang ingin dicapai.
Hal yang perlu diketahui tentang sasaran adalah sebgai berukut.
1. Individu atau kelompok
2. Kategori sasaran, seperti aspek demografi, sosial
3. Bahasa yang mereka gunakan
4. Adat istiadat serta kebiasaan
5. Minat dan perhatian
6. Pengetahuan dan pengalaman mereka tentang pesan yang akan diterima
g.
Pembagian Alat Bantu Berdasarkan Pembuatan dan
Penggunaanya
1.
Alat bantu yang rumit, seperti film, film
strip, dan slide. Dalam penggunaanya, alat bantu ini memerlukan listrik dan
proyektor
2.
Alat bantu yang sederhana/mudah dibuat
sendiri dengan bahan-bahan setempat yang mudah diperoleh seperti bambu, karton,
kaleng bekas, dan kertas karton. Ciri-ciri alat bantu sederhana adalah mudah
dibuat, bahan-bahannya dapat diperoleh dari bahan-bahan lokal, mencerminkan
kebiasaan, kehidupan dan kepercayaan setempat, ditulis (gambar) dengan
sederhana, bahasa setempat dan mudah dimengerti oleh masyarakat, dan memenuhi
kebutuhan petugas kesehatan dan masyarakat.
Kotak 10.2 contoh
alat bantu/peraga yang dapat digunakan menurut sasaran atau tatanan yang
sesuai
|
Ø Di rumah tangga :
leaflet, komik, dan benda nyata (buah-buahan dan sayur-sayuran)
Ø Di masyarakat :
poster, spanduk, leaflet, fannel graph, dan boneka wayang
Ø Di kantor atau
sekolah, seperti papan tulis, filpchart, poster, leaflet, buku cerita gambar,
kotak gambar gulung dan boneka
|
h.
Cara Mempergunakan Alat Bantu
1.
Senyum adalah lebih baik, untuk mencari simpati.
2.
Tunjukkan perhatian bahwa hal yang akan disampaikan
adalah penting
3.
Pandangan mata hendaknya ke seluruh pendengar agar
mereka tidak kehilangan control pihak pendidik.
4.
Gaya bicara hendaknya bervariasi agar pendengar tidak
bosan dan mengantuk.
5.
Ikut sertakan para peserta/ pendengar dan berikan
kesempatan untuk memegang dan atau mencoba alat- alat tersebut.
6. Bila perlu
diberi selingan humor untuk menghidupkan suasana dan sebagainya.
i.
Media Promosi Kesehatan
Media promosi kesehatan adalah semua saranana atau
upaya menampilkan pesan atau informasi yang ingin disampaikan oleh komunikator,
baik melalui media cetak, elektronika, dan media luar ruang, sehingga
pengetahuan sasaran dapat meningkat dan akhirnya dapat mengubah perilaku ke
arah positif terhadap kesehatan (Soekidjo, 2005). Alat bantu
yang digunakan secara baik memberikan keuntungan-keuntungan, antara lain :
1.
Dapat menghindari kesalahan pengertian/pemahaman atau
salah tafsir.
2.
Dapat memperjelas apa yang diterangkan dan dapat lebih
mudah ditangkap.
3.
Apa yang diterangkan akan lebih lama diingat, terutama
hal-hal yang mengesankan.
4.
Dapat menarik serta memusatkan perhatian.
5.
Dapat memberi dorongan yang kuat untuk melakukan apa
yang dianjurkan.
Tujuan Media Promosi
1.
Media dapat mempermudah penyampaian informasi.
2.
Media dapat menghindari kesalahan persepsi.
3.
Media dapat memperjelas informasi.
4.
Media dapat mempermudah pengertian.
5.
Media dapat mengurangi komunikasi yang verbalistis.
6.
Media dapat menampilkan objek yang tidak bisa
ditangkap mata.
7.
Media dapat memperlancar komunikasi.
Langkah-Langkah Penetapan Media
Langkah-langkah
dalam merancang pengembangan media promosi kesehatan adalah sebagai berikut :
1.
Menetapkan tujuan
Tujuan harus relaistis, jelas, dan
dapat diukur (apa yang diukur, siapa sasaran yang akan diukur, seberapa banyak
perubahan akan diukur, berapa lama dan dimana pengukuran dilakukan). Penetapan
tujuan merupakan dasar untuk merancang media promosi dan merancang evaluasi.
2.
Menetapkan segmentasi sasaran
Segmentasi sasaran adalah suatu
kegiatan memilih kelompok sasaran yang tepat dan dianggap sangat menentukan
keberhasilan promosi kesehatan. Tujuannya antara lain memberikan pelayanan yang
sebaik-baiknya, memberikan kepuasan pada masing-masing segmen, menentukan
ketersediaan jumlah dan jangkauan produk, serta menghitung jenis dan penempatan
media.
3.
Memposisikan pesan (positioning)
Memposisikan pesan adalah proses atau upaya
menempatkan suatu prosuk perusahaan, individu atau apa saja ke dalam alam
pikiran sasaran atau konsumennya. Positioning membentuk citra.
4.
Menentukan strategi positioning
Identifikasi para pesaing, termasuk persepsi konsumen,
menentukan posisi pesaing, menganalisis preferensi khalayak sasaran, menetukan
posisi merek produk sendiri, serta mengikuti perkembangan posisi.
5.
Memilih media promosi kesehatan
Pemilihan media didasarkan pada selera khalayak
sasaran. Media yang dipilih harus memberikan dampak yang luas. Setiap media
akan memberikan peranan yang berbeda. Penggunaan beberapa media secara seremoak
dan terpadu akan meningkatkan cakupan, frekuensi, dan efektivitas pesan.
2.4.8
Menyusun Rencana Penilaian
1. Hal
ini perlu dirumuskan apakah tujuan yang sudah dijabarkan secara khusus dan jelas mencantumkan kapan
akan dievalusi di daerah mana akan dilakukan, serta siapa kelompok sasaran yang
akan dievaluasi.
2. Indikator
apa yang digunakan dalam penilaian.
3. Perlu
dilihat kembali apakah tujuan penyuluhan sudah sejalan dengan tujuan program.
4. Kegiatan-kegiatan
penyuluhan mana yang akan dievaluasi.
5. Metode
dan istrumen yang akan dipergunakan untuk evaluasi.
6. Siapa
yang akan melaksanakan evaluasi.
7. Sarana-sarana
(peralatan, biaya, tenaga, dan lain-lain), yang diperlukan dalam evaluasi, dan
dimana sarana tersebut bisa diperoleh.
8. Apakah
ada fasilitas dan kesempatan untuk mempersiapkan tenaga-tenaga yang akan
melaksanakan evaluasi.
9. Bagaiman
rencana untuk memberikan umpan balik hasil evaluasi ini kepada para pimpinan
program.
2.4.9
Menyusun Rencana Kerja atau Pelaksanaannya
Setelah pokok-pokok kegiatan penyuluhan ditetapkan,
termasuk waktu tempat dan pelaksanaannya, maka dibuat jadwal pelaksanaan yang
divantumkan dalam suatu daftar. Jadwal pelaksanaan bermacam-macam, misalnya
PERT (Program, Evaluation Riview, Technic
), RAGPIE (Recources, Activity, Gol,
Planning, Implementation Evaluation ).
No
|
Pokok-pokok Kegiatan
|
Waktu (Bulan)
|
Ket
|
|||||||||||
April
|
Mei
|
Juni
|
Juli
|
Agust
|
Sep
|
Okt
|
Nov
|
Des
|
Jan
|
Feb
|
Mar
|
|||
1
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
3
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
4
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
5
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Promosi kesehatan merupakan revitalisasi pendidikan
kesehatan pada masa lalu,di mana dalam konsep promosi kesehatan bukan hanya
proses penyadaran masyarakat dalam konsep promosi kesehatan bukan hanya proses
penyadaran masyarakat dalam hal pemberiandan peningkatan pengetahuan masyarakat
dalam bidang kesehatan saja,melainkan juga upaya bagaimana mampu menjembatani
adanya perubahan perilaku seseorang.
Dalam promosi kesehatan ada hal yang perlu
diperhatikan yakni :
1. Syarat
tercapaiannya rencana penyuluhan promosi kesehatan yang baik
2. Harapan
rencana penyuluhan promosi kesehatan
3. Langkah
dalam perencanaan penyuluhan promosi kesehatan
a. Mengenal
masalah, masyarakat, dan wilayah
b. Menentukan
prioritas masalah
c. Menentukan
tujuan penyuluhan
d. Menentukan
sasaran penyuluhan
e. Menentukan
isi penyuluhan
f. Menentukan
metode penyuluhan
g. Menentukan
media penyuluhan
h. Membuat
rencana penilaian (evaluasi)
i.
Membuat rencana jadwal pelaksanaan
Dengan memperhatikan hal tersebut, promosi kesehatan
yang akan dilakukan akan berjalan sesuai dengan rencana dan harapan yang
diinginkan
3.2
Saran
Sebaiknya dalam melakukan penyuluhan promosi
kesehatan ditinjau terlebih dahulu tempat atau lokasi yang akan dituju,
kemudian menyusun rencana kegiatan. Sehingga apa yang akan dilakukan sesuai
dengan keinginan
DAFTAR
PUSTAKA
Cullen, Ann. et al. 2006. Evaluating Community-based Child Health
Promotion Programs:A Snapshot of Strategies and Methods. Nemours : National Academy for State Health
Policy
Departemen Kesehatan RI. 2008. Pusat Promosi Kesehatan, Panduan Pelatihan Komunikasi Perubahan Perilaku,
Untuk KIBBLA : Jakarta
Maulana, Heri D.J. Promosi Kesehatan. Buku Kedokteran EGC : Jakarta
Mubarak, Wahid I dan Chayatin. Nurul. 2009. Ilmu Kesehatan Masyarakat : Teori dan
Aplikasi. Salemba Medika : Jakarta
Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Promosi Kesehatan. Rineka Cipta,
Jakarta.
Whitehead, Dean. 2002. (Journal) Evaluating health promotion: a model for nursing practice. Institute of Health
Studies, University of Plymouth, Earl Richards Road North.
Diakses 13 Maret 2014
Yuda.2012(online).http://www.google.com/imgres?imgurl=http%3A%2F%2F1.bp.blogspot.com.
Diakses 04 April 2014
.